19 Januari 2016

Trouble Maker

你好朋友们。^^
Ni hao pengyou men.
Halo teman-teman. 
Setelah selesai menjalani ujian praktik dan try out, akhirnya aku bisa bebas buat posting di blog lagi. Kangen gak? Hahaha. Hari ini mau bahas tentang apa ya? Bagaimana kalau bahas trouble maker? Bukan, bukan Trouble Maker Hyuna dan Hyunseung lho ya. Ini trouble maker di kelas Mandarin. Yup, kisah d'trebbles.

d'trebbles
(n) Julukan para trouble maker di kelas Mandarin. Bukan geng tetapi sekelompok orang dari komunitas satu kelas yang mengikuti kelas Mandarin. Berisi empat ekor manusia yang terlahir tak sempurna karena kesempurnaan hanyalah milikNya.

Sebelum masuk ke kisahnya, ayo kenalan dulu dengan anggota d'trebbles. 
Nad as Baobao (宝宝) 
Baobao artinya darling, baby. Orangnya pendek, badannya kurus tapi pipinya tembem. Baobao punya karakter sebagai orang yang cuek, ceplas-ceplos, dan berani. Kadang keberaniannya itu nggak tanggung-tanggung, malah dicap seperti orang yang nggak tahu sopan santun. 
Rani as Baobei (宝贝)
Baobei artinya treasure, darling, baby. Tinggi badannya sama kayak Baobao, badannya normal nggak kurus dan nggak gendut juga, pipinya lebih tembem daripada Baobao. Baobei punya karakter sebagai orang yang lembut, sopan, dan sensitif. Suaranya berat, mungkin tenor, mirip suara laki-laki dan agak serak. 
Farah as Qin ai (亲爱)
Qin'ai artinya dear, beloved, darling. Orangnya lebih pendek dari Baobei, kulitnya agak gelap mungkin sawo matang, berkacamata, agak semok. Qinai punya karakter sebagai orang yang ceria, suka tertawa, dan agak cengeng. Biasanya dia suka nangis kalau lagi bahas ujian Bahasa Mandarin. 
Rivi as Qing lü (情侣)
Qinglu artinya sweetheart, lovers. Orangnya lebih tinggi daripada Baobao, agak berisi, kulitnya kuning langsat. Qinglu punya karakter sebagai orang yang lembut, peduli sesama, dan penurut. Dia jauh lebih dewasa dari tiga anggota yang lain karena seperti punya sifat keibuan, jadi mommy d'trebbles.

Kalau ada sekelompok trouble maker, berarti ada yang terganggu atau ada suatu hal yang dikacaukan dong. Tentu saja, ada. D'trebbles adalah pengacau kelas Mandarin, yang paling berisik di kelas Mandarin daripada murid dari kelas lain. Selain mengganggu ketenangan kelas, D'trebbles juga suka mengganggu pengajar kelas Mandarin, kami menyebutnya Laoshi (老师).

Gambarnya mirip Laoshi kalau sedang marah (nyelip buat thumbnail)

Laoshi (老师) berasal dari bahasa Mandarin yang artinya guru. Ya, kami—anak-anak kelas Mandarin—memanggil mommy besar dengan sebutan Laoshi. Laoshi ini badannya besar, pipinya juga besar, cantik, pertama bertemu dengannya ia berambut pendek tapi sekarang sudah agak panjang sebahu. Pernah dapat beasiswa ke China makanya sekarang ia mengajar bahasa Mandarin di sekolahku. Karakter Laoshi ini seperti kerang. Luarnya keras tapi dalamnya lembut dan berharga. 

Ini adalah kisah ketika aku berada di bangku SMA. Kata orang, zaman SMA adalah masa-masa yang nggak pernah terlupakan. Mungkin, ini akan menjadi salah satu kenangan yang nggak terlupakan itu. Aku mau menceritakannya di blog ini, siapa tahu ketika aku sudah dewasa nanti, aku bisa membaca postingan ini lagi dan teringat masa-masa jahilin Laoshi bersama d'trebbles.

D'trebbles lahir karena sebuah kelas lintas minat yang diadakan oleh sekolah. Kami berempat berasal dari satu kelas yang sama, yaitu kelas MIA 4. Semester pertama, sekolah menyuruh seluruh murid kelas 10 untuk memilih kelas lintas minat, boleh kelas bahasa asing atau IPS. Kami berempat dipertemukan di kelas ini, kelas bahasa Mandarin. Sebagai siswa baru, jelas belum kenal siswa dari kelas tetangga, lagian dari kelas sendiri aja malah belum kenal semua. Oleh karena itu, kami yang latar belakangnya dari kelas yang sama dan bertemu di sebuah kelas peminatan yang sama, akhirnya memutuskan untuk selalu bersama dan duduk bersebelahan di laboratorium bahasa.

Pertama kali duduk di laboratorium bahasa, kami duduk di baris paling depan yang jauh dari meja pengajar. Saat pertama kali duduk di kelas itu, tegang dan hening. Nggak ada murid yang berani ngobrol sama sekali. Laoshi galak banget. Melihat ada yang mengobrol, nanti Laoshi akan menyuruh orangnya untuk mengobrol di depan kelas. Mendengar ada yang salah, langsung diomelin dan dikasih ceramah. Pokoknya dingin banget, kayak guru killer. Bahkan sekelas nggak ada yang berani bertanya walaupun nggak paham materi pembelajarannya. Seseram itu, guys. Kami lebih mirip seperti anjing yang sedang dilatih, bergeming dan nggak berkutik. Sampai setiap pelajaran bahasa Mandarin, pasti mengeluh dan malas banget untuk masuk ke kelasnya karena kegarangan Laoshi mengalahkan galaknya Kak Ros. Setiap masuk kelas pasti diceramahi, diomeli, pokoknya kuping bakal panas setiap jam pelajaran usai. Laoshi suka mendesak murid-muridnya buat belajar, belajar, dan terus belajar. Kalau sudah masuk kelas bahasa Mandarin, sepuluh menit bakal terasa seperti tiga puluh menit. Waktu terasa lambaaat banget! Nggak bohong deh, nggak betah banget. Asli.

"Kalau nggak mengerti, tanya!" Begitu kata Laoshi. Laoshi sering banget bilang begini kalau murid-muridnya diam karena nggak bisa jawab pertanyaannya. Padahal, boro-boro mau nanya, napas aja ditahan saking takutnya.

Suatu hari, pada pertemuan kelas bahasa Mandarin yang ke-sekian, ada sebuah materi yang sama sekali nggak bisa dimengerti. Biasanya, kalau nggak ngerti sih kami cuma asal tebak aja, mungkin maksudnya ini atau itu, karena nggak berani tanya Laoshi. Akan tetapi, kebetulan pas hari itu benar-benar nggak bisa dimengerti, bahkan dipikirin sampai otak bolong pun nggak paham maksudnya. Mau nggak mau, jalan satu-satunya ya bertanya. Rasanya saat itu, bingung dan takut. Kayak mau masuk ke goa yang isinya singa yang lagi lapar. Keringat dingin, jantung deg-degan, pokoknya tegang lah kayak menghadapi situasi antara hidup dan mati.

"Nad, tanyain ke Laoshi dong," Qinai menyuruh aku untuk bertanya.

"Ran, tanyain ke Laoshi dong," aku melemparnya ke Baobei.

"Riv, tanyain ke Laoshi dong," Baobei melemparnya lagi ke Qinglu.

"Nad, tanyain ke Laoshi dong." Sialan, malah dilemparin lagi oleh Qinglu ke aku. "Kamu kan berani."

Akhirnya, daripada sesi tanya jawab ditutup dan Laoshi ngamuk lagi karena murid-muridnya nggak paham, aku pun memberanikan diri untuk bertanya. Tepuk tangan, cepat!
Hatiku cenat-cenut. Peluhku menetes. Salah tingkah. Malu. Lidahku kelu. Merinding romaku. Otakku beku. Tubuhku lunglai. Pokoknya, Laoshi, I heart you! 

Bagaimana respon Laoshi setelah aku bertanya? 
DUAR! Hatiku meledak. Pengen aku lempar kursi gitu. Laoshi jawab pertanyaan dengan intonasi yang sinis dan jutek abis. Setelah itu, aku iyain aja walaupun nggak mengerti sepenuhnya. Padahal aku cuma mau tanya kata le (了) doang, tanganku sampai berkeringat dingin sedingin es batu. Itulah interaksi pertama kali dengan Laoshi. Respon yang didapat pun cukup menyayat hati, kayak habis ditolak mentah-mentah sama gebetan. 

Setelah tragedi itu, aku mulai mempelajari karakter Laoshi. Kira-kira apa yang bisa membuat Laoshi luluh dan nggak galak lagi? D'trebbles sering banget ngomongin tentang Laoshi, kadang sambat gara-gara Laoshi yang galak, kadang juga cari solusi untuk meredam kegarangannya. Akhirnya, ketemulah solusi untuk meluluhkan Laoshi. Apa hal yang bisa membuat Laoshi luluh? Pertemanan dan candaan. 

Akhirnya keempat bocah nakal ini menyusun strategi buat PDKT dengan Laoshi. Awalnya, basa-basi aja dengan pertanyaan-pertanyaan dan berusaha peka dengan materi yang Laoshi sampaikan. Meskipun otak kami nggak pernah jalan kalau ada di kelas bahasa Mandarin. Berusaha memperhatikan Laoshi yang sedang mengajar, mata tetap tersorot ke arah papan tulis yang berisi tulisan hanzi. Pura-pura mengerti maksud tulisannya, padahal cuma bisa baca wo (我) dan ni (你) doang. Pokoknya, kami rela untuk melek aja, memperhatikan walau otaknya kopong. Intinya, Laoshi cuma mau dihargai saat sedang mengajar. Beberapa kali bertanya, responnya selalu sinis tetapi lama kelamaan jadi biasa. 

Benar kata pepatah, witing tresno jalaran soko kulino. Saat kami duduk di bangku kelas sebelas, Laoshi semakin lunak. D'trebbles sering banget menyisipkan candaan setiap Laoshi menyampaikan materi pembelajaran. Sejak saat itu, entah karena d'trebbles yang emang kurang didikan atau murid-murid kelas lain yang terlalu sopan, kelas bahasa Mandarin jadi berisik dan santai. Untungnya, itu nggak menyulut amarah Laoshi sih karena kami masih tetap memperhatikan walaupun hasil UTS dan UAS mepet batas tuntas. Biar saja lah ya, teman-teman kelas bahasa Mandarin juga nilainya sama. Jadi, ada kawan sepenanggungan hahaha. Laoshi jadi lebih sering berbaur dengan muridnya. Kadang nyindir juga, menindas d'trebbles karena dianggap pembangkang yang beretika. 

Pelajaran bahasa Mandarin jadi nggak menyeramkan seperti awal masuk kelas. Laoshi lebih sering mengajak murid-muridnya untuk bernyanyi bersama, mendengarkan lagu-lagu berbahasa Mandarin. Kadang kalau jenuh belajar, Laoshi mengajak nonton film-film China juga. Tahu sendiri biasanya pelajar emang paling suka kalau di kelas nggak belajar. Mending dengar kisah hidup guru daripada buka buku. Mending menonton film daripada menonton papan tulis. Hanya saja, biasanya sebelum bebas dari materi pembelajaran, Laoshi punya syarat: "Kalau mau nonton film, kalian harus sudah mengerti materi dan dapat nilai bagus untuk UTS/UAS ya?"
Iyain aja dulu, masa depan nggak ada yang tahu. Bagus nggak bagus hasilnya, tergantung nanti aja ke depannya, yang penting nonton film. 

Sekarang, d'trebbless sudah duduk di bangku kelas dua belas. Harusnya sih, agak kalem sedikit gitu ya. Meminta restu, taubat sedikit karena mau ujian. Eh ini, malah sama saja berisik dan urakan kayak biasanya. Saat kelas dua belas, materi pembelajaran bahasa Mandarin nggak terlalu banyak karena sudah dihabiskan materinya waktu kelas sebelas pakai sistem kebut. Alhasil, di kelas dua belas kami hanya belajar tentang hobi dan menambah kosa kata tentang profesi. Kelas bahasa Mandarin juga lebih sering kosong karena Laoshi sibuk. Sekarang, Laoshi nggak cuma handle anak-anak bandel kayak kami, tetapi handle ekskul pramuka juga. Kalau pelajaran kosong, kami lebih sering diberi tugas, walaupun nggak pernah kami kerjain sih. Sebab, Laoshi bilang soal-soalnya buat latihan ujian sekolah. 

Setiap jam pelajaran dikosongkan, laboratorium bahasa terasa hampa. Soalnya, nggak ada siswa lain yang datang ke kelas bahasa Mandarin, kecuali d'trebbless. Yup, d'trebbless adalah setan penjaga laboratorium bahasa. Laboratorium nggak ada yang pakai, ruangannya juga ber-AC, jadi enak untuk dipakai santai daripada kelas yang panas. Nggak jarang, d'trebbless menggila saat jam kosong. Berlagak dugem, padahal lagunya mellow. Menari gila di laboratorium. Foto narsis berempat. Pokoknya, kami berempat melakukan apa yang bisa kami lakukan aja. Laoshi datang atau nggak, pokoknya kami akan ada di sana saat pelajarannya. 

Baca juga kisah-kisah anehku di sekolah dan kampus klik di sini

Kenapa d'trebbless tetap datang ke laboratorium bahasa?
Kami terlanjur sayang dengan Laoshi. Kami kangen Laoshi, tapi nggak kangen dengan materi pembelajarannya ya. Mau aja gitu datang ke sana buat menemui Laoshi, sekadar berbagi cerita atau bercanda, menghabiskan sisa waktu bersama sebelum kelulusan SMA. Setelah itu, mungkin D'trebbless nggak akan selalu bersama lagi. Bahkan nggak bakal sering bertemu dengan Laoshi karena pasti d'trebbless sudah mulai sibuk dengan urusannya masing-masing such as assignment, job, event,  and their own life.

Itulah alasan mengapa tadi aku tulis bahwa Laoshi seperti kerang. Awal berjumpa, keras banget dan tangguh sampai sulit untuk disentuh hatinya. Tetapi ternyata setelah membuka cangkangnya, bisa dilihat di dalamnya begitu lunak dan terdapat mutiara yang berharga di dalamnya. Awal bertemu dengan Laoshi memang rasanya mencekam, tapi setelah tiga tahun bersama Laoshi, d'trebbless punya kenangan.

Thank you, Laoshi. You're like a mommy for us.
Thank you, d'trebbless. We have been living as partner in crime for three years.
See you guys on top!

Sincerely,


Baobao ♡

Tidak ada komentar:

Posting Komentar